I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahan pangan yang beredar di kalangan
masyarakat terdiri atas bahan pangan yang berasal dari hasil pertanian,
perikanan dan peternakan. Bahan pangan tersebut
berupa makanan pokok; hasil perairan yang berupa ikan, kerang-kerangan;
dan hasil ternak berupa daging, susu dan telur. Hasil olahan bahan pangan baik
itu produk olahan dari hasil pertanian, perikanan, dan peternakan kini telah
banyak beredar di masyarakat dalam beraneka ragam bentuk maupun citarasanya,
mulai dari produk olahan yang di olah secara tradisional maupun modern.
Makanan hasil olahan tersebut mulai dari makanan
tradisional hingga makanan internasional yang diadaptasi dari kebudayaan orang
barat. Salah satu makanan olahan cepat saji yang menjadi favorit di kalangan
masyarakat saat ini yaitu burger. Burger makanan yang berasal dari bangsa
Tartar yang pada awalnya disantap mentah dengan campuran jeruk nipis, setelah
dibawa oleh bangsa Eropa ke Humberg diolah menjadi daging burger dengan cara
digoreng dan dipanggang, dan setelah sampai di Amerika maka daging burger
tersebut disantap dengan campuran sayuran dan saus yang diletakkan diantara dua
potongan roti bun.
Burger umumnya diolah dari daging ternak seperti daging
sapi, dengan menggunakan inovasi baru dalam menciptakan variasi rasa dari burger.
Maka lempengan daging sapi yang biasanya diolah menjadi daging burger diganti
dengan bahan baku ikan. Berdasarkan keterangan diatas, maka praktikum ini
penting dilakukan agar praktikum dapat mengetahui bagaimana cara mengolah
daging ikan menjadi bahan baku pembuatan burger menggantikan daging sapi yang
umumnya dipakai dalam pembuatan burger. Selain itu, praktikan juga mengetahui
tentang pengaruh penambahan tepung terigu dan tepung tapioka dalam proses
pengolahan burger ikan.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan burger ikan yang baik
dan benar.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung tapioka dan
tepung terigu pada pembuatan burger ikan.
Kegunaan dilakukannya praktikum ini agar praktikan dapat
mengetahui cara membuat burger ikan dengan baik dan benar, selain itu juga
mengetahu pengaruh penambahan tepung tapioka dan tepung terigu dalam pembuatan
burger ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ikan Layang (Decapterus spp)
Ikan layang (Decapterus
spp) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di
Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup
bergerombol. Ukurannya sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa
mencapai 25 centimeter. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah
terdapatnya sirip kecil ( finlet) di belakang sirip punggung dan sirip
dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis
sisi (lateral line) (Anonim,2011).
Menurut Anonim (2011), klasifikasi sistematika ikan
layang adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi :
Perciformes
Sub divisi :
Carangi
Familia :
Carangidae
Genus :
Decapterus
Spesies :
1. Decaptersus russelli
2.Decapterus macrosoma
Secara
teknis semua jenis ikan dapat dijadikan surimi. Tetapi idealnya ikan yang akan
dijadikan surimi berdaging putih, tidak berbau lumpur atau berbau amis
menyengat, dan yang terpenting mempunyai kemampuan membentuk gel sehingga
tekstur surimi akan elastis. Untuk mendapatkan surimi yang berkualitas tinggi
harus digunakan bahan mentah ikan yang masih segar. Pembekuan ikan akan
menurunkan kualitas surimi (Anonim, 2012a).
Jenis
ikan berdaging merah yang telah dicoba untuk dibuat surimi antara lain ikan layang,
sardin dan kembung. Surimi yang dibuat dari jenis ikan ini warnanya lebih gelap
dan kemampuan membentuk gelnya lebih rendah dibanding ikan berdaging putih,
seperti tengiri atau remang. Selain itu bau dan warnanya khas, sehingga hanya
dapat digunakan untuk membuat produk yang warnanya tidak harus putih (Anonim, 2012a).
B.
Burger Ikan
Fish
Burger adalah campuran daging ikan tanpa duri dari berbagai jenis ikan yang dicincang dan
dilumatkan dengan ditambah sedikit pati (hidrat arang) dan bumbu-bumbu. Bahan baku yang paling baik
digunakan untuk membuat fish burger
adalah jenis-jenis ikan yang mempunyai daging tebal berwarna putih, mempunyai
tekstur lembut (mudah dilumatkan). Bisa menggunakan ikan tenggiri, kakap,
remang/larak, talang-talang atau bisa juga memakai cumi-cumi (anonim, 2012a).
Hamburger (atau seringkali
disebut dengan burger) adalah
sejenis makanan berupa roti
berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty
yang biasanya diambil dari daging,
kemudian sayur-sayuran
berupa selada,
tomat
dan bawang bombay.
Sebagai sausnya, burger diberi berbagai jenis saus
seperti mayones,
saus tomat dan
sambal
serta mustard.
Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju,
asinan,
serta bahan pelengkap lain seperti sosis
dan Ham (Anonim, 2012b).
Burger
merupakan produk daging giling segar. Komposisi utama burger adalah daging,
umumnya mencapai 80 persen. Syarat mutu hamburger murni adalah lemak sapi yang
ditambahkan tidak boleh lebih dari 49 persen; serta tanpa penambahan air, bahan
pengikat, dan bahan pengisi (Anonim, 2008a).
Nama
burger berasal dari hamburger, sebuah produk daging babi yang berasal dari Kota
Hamburg di Jerman. Saat ini, istilah burger telah digunakan secara meluas pada
produk-produk daging selain babi. Jika terbuat dari sapi, dinamakan beef
burger. Jika terbuat dari ayam, dinamakan chicken burger. Jenis burger yang lain
adalah garden burger, yaitu burger yang terbuat dari sayuran tanpa daging. Di
Indonesia juga dikembangkan jenis burger lain, yaitu tempe burger. Kedua jenis
burger tersebut sangat cocok untuk para vegetarian. Jenis terakhir adalah fish burger (burger dari
ikan) yang juga sering disebut sebagai fish
sandwich. Ada pula bacon
cheese burger, yaitu burger yang ditaburi keju (cheese) dan seiris daging
babi (bacon)
yang dipanggang. Burger biasanya disajikan dalam bentuk sandwich, yaitu diletakkan
di antara setangkup roti. (anonim, 2008a).
Adonan
isi atau burger ini biasanya dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran roti jadi
bisa bulat pipih, atau bulat lonjong. Pelengkap
yang dipakai antara lain, saus tomat, mayones, mustard pasta, tomat, daun
selada, keju, acar mentimun (gherkins). Pelengkap ini disesuaikan dengan selera
dan jenis burger (Anonim, 2012c).
Cara
menyantap karena isi burger biasanya tebal maka saat disantap cukup merepotkan.
Apalagi jika
dibuat bertumpuk atau double burger. Cara praktis untuk menyantapnya adalah dengan
memegang langsung burger dengan tangan
dan menggigitnya sehingga isinya tidak berceceran. Tetapi jika burger berupa long
burger, potong-potong lebih dahulu sehingga mudah digigit. Jika burger
disajikan dengan piring, potong-potong burger
menjadi seukuran sekali suap dan santap burger dengan bantuan garpu.
Sebaiknya, segera santap burger karena burger harus dinikmati saat masih
hangat, jika sudah dingin, lemak daging burger akan beku dan rasanya jadi
kurang enak. Agar tidak berair, dan roti tidak menjadi lembap, isi dan racik
burger sesaat akan disajikan. Roti harus tetap renyah, empuk, sementara burgernya
hangat dan sayurannya renyah (Anonim, 2012c).
C.
Bahan Tambahan
Bahan
pengisi dan bahan pengikat adalah bahan-bahan bukan daging yang ditambahkan
dalam produk dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas, menurunkan penyusutan
sewaktu pemasakan, memperbaiki sifat irisan, mengikat air, membentuk tekstur, dan
memberikan warna yang khas. Perbedaan
bahan pengikat dan bahan pengisi adalah berdasarkan kandungan protein dan
karbohidrat. Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan
mampu memperbaiki sifat emulsi, sedangkan bahan pengisi memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi serta pengaruhnya kecil terhadap sifat emulsi (Anonim, 2008a).
Bahan
pengikat dapat berupa bahan nabati maupun hewani. Berdasarkan sifat
elastisitasnya, bahan pengikat dapat dibedakan menjadi bahan pengikat kimiawi
(misalnya garam-garam polifosfat) dan bahan pengikat natural. Bahan pengikat
natural dibedakan menjadi bahan pengikat hewani (misalnya tepung ikan atau susu
skim) dan bahan pengikat nabati (misalnya tepung kedelai atau isolat protein
kedelai) (Anonim, 2008a).
Bahan
pengisi memiliki daya ikat yang besar, tetapi rendah sifat emulsifikasinya. Hal
itu disebabkan oleh tingginya kandungan karbohidrat dan rendahnya kandungan
protein. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah tepung terigu, tapioka, dan
sagu (Anonim, 2008a).
Bumbu
merupakan substansi tumbuhan aromatik yang dikeringkan. Bumbu berfungsi sebagai
penyedap, memberikan karakteristik warna dan tekstur, serta berperanan pula sebagai
antioksidan. Jenis bumbu yang digunakan pada pembuatan burger sangat beragam,
disesuaikan dengan wilayah dan kultur budaya masyarakat konsumennya (Anonim, 2008a).
Bawang putih juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan
dan respirasi fungi patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang
putih dan bawang Bombay dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfide lain
yang terkandung dalam minyak astiri bawang putih dan Bombay (Anonim, 2008b).
Garam (NaCl) sering disebut garam dapur, banyak digunakan
sebagai penyedap pada makanan maupun bahan pengawet ikan, daging dan telur.
Tujuan pemberian garam pada makanan adalah untuk memberikan cita rasa,
melunakkan daging, menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pembusuk
yang bersifat proteolitik dan mengaktifkan kerja enzim. Awetnya suatu bahan
pangan akibat penambahan garam adalah karena menurunnya aktivitas air hingga
titik tertentu. Secara teoritis penurunan aktivitas air tersebut diakibatkan
oleh garam terionisasi dalam larutan dan setiap ion menarik molekul air dari
dalam daging sehingga air didalam daging tertarik keluar dan
kedudukan air digantikan oleh garam hingga tercapai keadaan tekanan osmosis yang seimbang ( Anonim, 2012d).
Terigu
adalah tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum, dan digunakan sebagai
bahan dasar pembuat kue, mi dan roti misalnya burger. Tepung terigu mengandung
banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung
terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (2012d).
Berdasarkan
Anonim (2012d),
bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan burger ikan adalah sebagai
berikut:
-
Tepung Tapioka
Tepung tapioka
merupakan salah satu olahan dari singkong dalam bentuk tepung. Tepung tapioka
juga lazim disebut dengan tepung kanji. Kualitas tepung yang digunakan sebagai
bahan makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan. Berdasarkan
pengamatan kualitas dan sifat tapioka ditentukan oleh warna putih bersih,
kandungan airnya rendah (kering), tidak banyak kotoran, berasa tawar, dan dalam
air panas membetuk gel yang bersifat kental. Tepung tapioka merupakan sumber kabohidrat.
-
Bawang merah
Bawang merah (Allium
cepa) memilik umbi yang
dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya
dapat digunakan sebagai zat pewarna dan daunnya dapat digunakan sebagai
campuran sayur. Senyawa berkhasiat dalam bawang relative utuh dan tidak
mengalami kerusakan sekalipun dimasak, penggunaan bawang merah pada pembuatan
burger ikan bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari burger ikan yang
dihasilkan.
-
Merica
Merica (Piper
Nigrum) sering disebut juga dengan lada. Merica putih maupun lada hitam
mengandung senyawa alkaloid piperin yang berasa pedas. Minyak atsiri yang terdapat dalam
merica, yakni filandren membuat bau pedasnya menyengat, terutama jika
dicium dari jarak dekat. Merica yang digunakan sekitar 1% dari berat daging
ikan.
-
Tepung Roti dan Putih Telur
Tepung Roti berfungsi
untuk membentuk daging burger agar renyah dan baik untuk digoreng. Sedangkan
putih telur berfungsi untuk merekatkan taburan tepung roti agar tidak terpisah
dari adonan saat digoreng.
D.
Aspek Pengolahan
Ikan
harus segera diproses setelah tertangkap. Jika tidak mungkin, ikan segera dibekukan dan harus
dipertahankan atau disimpan pada suhu rendah selama proses pembuatan surimi. Jika digunakan ikan beku
maka ikan harus dilelehkan dalam air, atau yang lebih cepat dengan microwave,
dan ikan yang telah dilelehkan tersebut harus segera diolah (Anonim, 2012c).
- Penyiangan
(pembuangan kepala dan isi perut)
Kepala
dan isi perut harus dibuang sebelum pemisahan daging. Jika bagian ikan tersebut tercampur
dengan daging maka kualitas surimi akan menurun, karena : kepala dan isi perut ikan
mengandung lemak dan protease yang dapat menurunkan kemampuan membentuk gel;
isi perut akan menggelapkan warna surimi. Ikan yang telah disiangi
dicuci bersih untuk menghilangkan sisa-sisa isi perut, darah, sisik, dan lain-lain.
Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak
daging (Anonim, 2012c).
daging (Anonim, 2012c).
- Pemisahan
daging
Pemisahan
daging dapat dilakukan dengan alat pemisah daging
(meat separator). Ikan dipres pada lempengan logam yang
berlubang-lubang berdiameter 3 -5 mm dimana daging ikan akan terperas keluar melalui lubang-lubang tersebut sedangkan kulit dan tulang tertinggal pada lempengan. Selama proses pemisahan ini suhu daging ikan dipertahankan tetap rendah. Ikan yang berukuran besar lebih dahulu difillet dan dibuang tulangnya untuk memisahkan lemak dan daging
merahnya (Anonim, 2012c)
(meat separator). Ikan dipres pada lempengan logam yang
berlubang-lubang berdiameter 3 -5 mm dimana daging ikan akan terperas keluar melalui lubang-lubang tersebut sedangkan kulit dan tulang tertinggal pada lempengan. Selama proses pemisahan ini suhu daging ikan dipertahankan tetap rendah. Ikan yang berukuran besar lebih dahulu difillet dan dibuang tulangnya untuk memisahkan lemak dan daging
merahnya (Anonim, 2012c)
- Pencucian
Pencucian
dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan surimi karena
dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah, pigmen dan juga
lemak yang ada pada daging lumat terbuang, sedangkan protein miofibrilar
menjadi pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat. Konsentrat protein
yang tercuci ini memiliki kekuatan tarik dan elastisitas yang baik. Pencucian
juga menghilangkan bau dan warna, terutama jika kesegaran ikan tidak prima lagi (Anonim, 2012c).
Berdasarkan Anonim (2012c), ada pun tahapan
pencucian pada dasarnya sebagai berikut :
-
Penambahan air es (suhu 1°C)
3- 4 kali volume daging lumat.
-
Pengadukan campuran sampai
homogen.
-
Pembuangan kotoran dan pengendapan
daging.
-
Pemisahan air dan lemak yang
mengapung.
Pencucian
ini dilakukan berulang-ulang, biasanya 3 - 5 kali. Untuk usaha skala kecil
biasa digunakan ember. sedang pada skala industri digunakan tangki berkapasitas
0,5- 1 ton dengan pengaduk dan/atau pompa vakum untuk memasukkan daging ikan
lumat ke dalamnya. Untuk mencuci daging merah ikan dapat digunakan mesin
pemutih daging yang terdiri atas tangki pencuci, saringan yang berputar, pompa,
saringan dan semprotan air (Anonim, 2012c)
- Pemerasan/pemisahan
air pencuci
Setelah
pencucian kandungan air harus diturunkan sampai
sekitar 85%. Pada industri skala kecil dapat digunakan kain saring dan alat pengepres. Proses ini menghasilkan surimi berkualitas tinggi karena suhu daging ikan tidak naik selama pemerasan air, sehingga denaturasi protein dapat dihindari. Pada industri skala besar, pemerasan air dilakukan dengan alat pengepres, sentrifuse, atau dengan 'screw press', dimana daging ikan sambil dipres diputar dan didorong maju dalam saringan semacam 'screw' yang berlubang-lubang. Kerugian sistim ini adalah terjadinya peningkatan suhu daging ikan selama
pengepresan (Anonim, 2012c).
sekitar 85%. Pada industri skala kecil dapat digunakan kain saring dan alat pengepres. Proses ini menghasilkan surimi berkualitas tinggi karena suhu daging ikan tidak naik selama pemerasan air, sehingga denaturasi protein dapat dihindari. Pada industri skala besar, pemerasan air dilakukan dengan alat pengepres, sentrifuse, atau dengan 'screw press', dimana daging ikan sambil dipres diputar dan didorong maju dalam saringan semacam 'screw' yang berlubang-lubang. Kerugian sistim ini adalah terjadinya peningkatan suhu daging ikan selama
pengepresan (Anonim, 2012c).
- Pelumatan/pencacahan
Daging yang telah diperas
airnya dimasukkan ke dalam mesin pencacah daging. Kegiatan ini harus dilakukan
dalam ruangan bersuhu rendah dan daging serta mesin pencacah harus didinginkan
terlebih dahulu sebelum dioperasikan
(Anonim, 2012c).
- Penggilingan
dan pencampuran
Berdasarkan Anonim (2012c) menyatakan bahwa penggilingan
dan pencampuran merupakan tahap yang terpenting dalam pembuatan surimi yang
terdiri atas tiga tahapan :
· Penggilingan
daging.
Setelah
pencacahan daging digiling untuk menghaluskan
partikelnya sehingga memudahkan protein bereaksi dengan garam atau bahan-bahan tambahan lainnya.
· Penambahan
garam.
Dengan
penambahan garam daging lumat akan berbentuk pasta kental, disebut surimi.
Selama pencampuran ini harus dihindarkan kenaikan suhu karena akan membuat
daging menjadi lembek. Untuk ini harus digunakan alat berpendingin atau dilakukan
dalam ruangan yang dingin.
· Pencampuran
bahan tambahan lainnya, seperti gula, pati dan 'flavoring'. Bahan untuk
membantu pembentukan gel atau elastisitas, seperti KBrO dan CaCl2, dicampurkan
paling akhir (Anonim, 2012c).
Berdasarkan
pendapat Yahyono (2005), cara pembuatan burger ikan adalah sebagai berikut :
1.
Mentega dipanaskan, bawang
putih ditumis hingga harum, diangkat lalu dicampur dengan daging ikan giling,
tepung roti, tepung terigu, saus dan bumbu lainnya.
2.
Diaduk hingga tercampur
rata. Kemudian dibagi adonan menjadi 3 bagian, masing-masing
dibentuk bulat pipih.
3.
Disiapkan aluminium foil,
dioleskan mentega tipi-tipis. Dibungkus masing masing bulatan adonan dan
dikukus hingga matang selama kurang
lebih 30 menit. Diangkat,
dibiarkan dingin.
4.
Saat akan dihidangkan,
burger ikan dicelupkan ke dalam telur kocok, diangkat, dilumuri dengan tepung
roti tipis-tipis, diratakan. Burger ikan digoreng sampai berwarna kecoklatan.
5.
Disiapkan roti untuk burger,
dibelah dua, dioleskan mentega dan mayones, diletakkan daun selada, irisan
tomat, dan mentimun, kemudian diletakkan sepotong burger ikan, dioleskan saus
tomat, lalu ditangkupkan.
Pencetakan
burger bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dengan alat cetak atau dengan
selongsong plastik. Alat cetak yang biasa digunakan adalah molding atau lingkaran bulat seperti cetakan donat tanpa lubang
tengah yang terbuat dari aluminium atau plastik. Selongsong plastik biasanya
digunakan untuk mencetak burger yang dalam pembuatannya perlu direbus terlebih
dahulu (Yuyun, 2007).
Pembuatan
daging burger dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu penggilingan
(penghancuran daging), penambahan bumbu, pencetakan, penyimpanan dingin dan
pemasakan (dipanggang, digoreng atau dikukus). Penghancuran daging dapat
dilakukan dengan cara mencacah (mincing), menggiling (grinding) atau mencincang
sampai lumat halus (Anonim, 2012e).
Pemasakan
burger dapat dilakukan dengan cara pemanggangan, penggorengan, atau pemasakan
dengan microwave.
Tujuan pemasakan adalah menyatukan bahan, memantapkan warna, menginaktifkan
mikroba, dan memperbaiki penerimaan konsumen. Lama pemasakan tergantung pada ukuran
burger dan suhu pemasakan (Anonim, 2008a).
Wynn casino review | JT Hub
BalasHapusOn 충청북도 출장마사지 one side, 대전광역 출장마사지 Wynn Las Vegas and Encore Boston Harbor have their own 여주 출장안마 and a $600 casino 평택 출장마사지 chip, Wynn's new 태백 출장샵 casino is called Wynn.